Thursday, November 13, 2008

Mencaci Diri

Peristiwa kini adalah akibat yang lalu. Saat hari ini memburuk, pantaskah menyalahkan yang silam? Layakkah menista yang sudah? Tidak. Dan kita mencari beribu macam alasan agar hari ini tetap dianggap baik. Lantas berharap, kebaikan hari ini bisa menggamit kebahagiaan esok.

Tapi, bisa juga iya. Kita mengutuki yang sudah, mencaci yang lawas. Meratapi kini hari sambil bertanya, apa yang terjadi nanti? Ah, kita pun tak tahu kapan harus mati.

Kulit yang sama. Kepala, tubuh, dan jiwa juga tak beda. Tapi kepala ini bisa membanggakan tubuh yang sama belasan tahun lalu. Kepala ini juga bisa mengutuki jiwa yang tak beda beberapa masa yang lalu. Duh, tubuh yang kini pun, bisa dicaci tubuh yang sama satu, dua, tiga, belas, dan puluhan tahun nanti.

No comments:

Post a Comment