Tulisan di bawah ini berkisah tentang pidato Sri Mulyani di acara Investor Summit pada 25 November 2008. Empat hari sebelum acara tahunan itu, ia baru mengambil keputusan penting mem-bail out Bank Century. Saya baru tahu sekarang, ternyata kala itu Sri Mulyani sedang galau. Sehari sebelumnya, 24 November 2008, Sri Mulyani baru tahu kalau CAR (rasio kecukupan modal) Bank Century tiba-tiba merosot dari -2,35 persen menjadi -35 persen. Artinya, dana LPS akan jebol… dan akan bermasalah di kemudian hari. Masalah itu benar terjadi saat ini.
Kala itu, Sri Mulyani sedang galau. Tapi, simak saja pidatonya yang dibingkai dalam tulisan di Jawa Pos, 26 November 2008 ini. Sayang, saya gagal menemukan link arsipnya. Jadi, saya copy ulang saja.
Mimpi Itu Tak Pernah Berakhir
Jawa Pos, 26 November 2008
Investor Summit tahun ini menjadi ”istimewa” karena berlangsung di tengah kelesuan pasar modal. Suasana kemarin berbeda dengan tahun lalu yang menjadi masa emas bagi pelaku pasar. Ini memang pegelaran yang menginginkan agar investor tetap percaya menanamkan uangnya di investasi portofolio.
Meski digelar di tengah kelesuan, acara tetap berlangsung meriah. Seribu lebih pengunjung yang hadir, tetap setia mengikuti acara dari pagi hingga petang. Pengunjung rela berdiri mendengarkan pidato kunci Menkeu Sri Mulyani Indrawati. Diskusi sesi siang bersama Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono juga masih dipadati peserta. Ini berbeda dengan tahun lalu, di mana sesi siang selalu sepi pengunjung.
Sejumlah emiten juga masih menyemarakkan acara tahunan ini. Tak kurang dari 20 emiten menyampaikan paparan publik kemarin dan hari ini (26/11). Lebih dari 30 emiten juga membuka stan pameran.
Dalam pidato kuncinya, Menkeu meledek banyaknya peserta Investor Summit kemarin sebagai naluri manusia yang sedang gelisah. “Semua memang sedang pengin bersama-sama,” kata Menkeu disambut tawa pengunjung yang hadir.
Sri Mulyani menyadari suasana batin para investor kini masih tak menentu. ”Saat semua yang ada di sini menikmati gain (keuntungan) di atas 50 persen tahun lalu, kemudian sekarang harus berkurang 50 persen, itu memang sesuatu yang painful,” kata Ani, sapaan Sri Mulyani. Untuk itu, dia meminta investor tetap percaya kepada langkah penyelamatan yang diambil pemerintah.
Menkeu meyakinkan pelaku pasar bahwa pemerintah terus melihat realitas, merespons akurat, serta fokus kepada tanggung jawab. ”Ini bukan suasana mudah, tapi saya yakin, dengan konsentrasi terhadap apa yang dihadapi, saya akan menyampaikan jujur apa yang bisa, telah, dan akan lakukan. Dan saya meminta dukungan.”
Menkeu melanjutkan, “Saya tidak bisa memberikan apa-apa. If you trust me, I will not betrayed your trust. Saya akan mengambil keputusan dengan rasional, sering juga dengan hati yang harus dibeningkan. Buat saya, selama memegang jabatan ini, saya meletakkan seluruh reputasi, harga diri, dan pertaruhan saya,” kata Ani, lalu kembali disambut tepuk tangan pengunjung. Ani juga menjamin bahwa dirinya akan melaksanakan tugas sebagai Menkeu hingga akhir masa jabatan.
Bagi Menkeu, kepercayaan dan kebersamaan sangat dibutuhkan dalam mengatasi krisis. Dia lalu mengingatkan investor saat penutupan bursa tahun lalu. Kala itu, semua investor gembira karena harga saham melonjak tinggi. Usai menutup perdagangan waktu itu, Ani menyanyikan lagu yang dipopulerkan Diana Ross.
”If we hold on together…”.
”Saat muka Bapak Ibu senang, saya masih ingat menyanyikan lagu itu. Artinya, kita tetap harus bersama. Jika kita bisa seperti itu, kita bisa seperti bait berikutnya,” Menkeu lalu menyanyikan baris berikutnya. ”I know our dreams will never die..”. (sof/eri)
Selengkapnya...
hidup hanya sekali. agar tak ragu dengan yang kita pilih, berbuatlah salah berkali-kali.
Sunday, December 20, 2009
Mengenang Sri Mulyani, Setahun Lalu
Labels:
Bail Out,
Bank Century,
Sri Mulyani
Subscribe to:
Posts (Atom)